Tips Networking: Cara Efektif Mengontak Orang Baru via DM / Email
Panduan singkat mengirimkan pesan yang efektif untuk berjejaring secara profesional
Konteks
Internet dan sosmed memudahkan kita terkoneksi dengan siapapun.
Kita bisa terkoneksi hanya dengan berkirim email. Bahkan lebih mudah lagi melalui DM Instagram, cuitan di Twitter, atau fitur messaging di Facebook, Linkedin, dan sosmed lainnya. Pintunya jadi banyak dan mudah dibuka oleh siapa saja.
Nah sayangnya — bisa jadi karena terlalu mudah — banyak orang yang justru tidak efektif ketika mengirim DM/email. Tidak sedikit pula yang pesannya malah masuk kategori mengganggu.
Sebagai orang yang sering mendapatkan DM dan cold email, saya cukup familiar dengan berbagai pesan yang tidak efektif, mengganggu, atau terkesan tidak sopan. Dan setelah mengamati cukup lama, saya memahami bahwa fenomena ini lebih banyak berasal dari ketidaktahuan cara mengirim pesan yang efektif dan benar.
Karenanya di tulisan ini saya ingin membahas cara efektif berjejaring atau mengontak seseorang yang belum kita kenal sebelumnya via DM/email.
Target Tulisan Ini
Target utama tulisan ini adalah mahasiswa, freshgraduates, atau profesional muda. Tapi tulisan ini juga bisa dibaca dan diaplikasikan oleh teman-teman profesional yang lebih senior untuk meningkatkan efektifitas dalam berjejaring online.
Tulisan ini akan relevan untuk kamu yang ingin mengontak orang yang belum kamu kenal sebelumnya, untuk kebutuhan seperti:
- Berjejaring dengan expert / profesional di bidang yang kamu geluti, untuk mencari mentor atau partner untuk berdiskusi.
- Mengontak influencers / figur publik untuk mengajaknya berkolaborasi, menjadi pembicara, meminta feedback atau pendapat, baik untuk project personal maupun untuk kebutuhan bisnis.
- Mengontak calon klien/partner untuk menawarkan produk/service dari tempat kita bekerja atau untuk mengajak kerjasama.
Kesalahan Umum: Contoh DM/Email Yang Tidak Efektif
Saya akan memulai dengan memberikan beberapa kesalahan umum beserta contoh penulisan pesan tidak efektif, yang sangat harus dihindari:
- Mengirim pesan DM yang hanya berisi sapaan “Assalamualaikum” atau “Halo bang” saja, lalu berharap yang kita kirimkan pesan akan membalas. Terdengar kesalahan dasar dan sepele, but trust me, you have no idea how many people DM this way. Don’t do it.
- Mengirim pesan DM yang bertanya: boleh nanya ga?
- Mengirim pesan DM yang langsung meminta sesuatu / mempromosikan sesuatu tanpa ada perkenalan dan konteks apapun. Saya sering mendapatkan pesan seperti ini, terutama dari teman-teman sales atau mahasiswa. Dengan segala hormat, I know you guys have target, but it’s not effective to do it this way.
Struktur DM/Email yang Efektif
Berdasarkan pengalaman saya, berikut elemen-elemen penting yang perlu ada dalam DM/Email yang efektif.
1. Mulai dengan perkenalan singkat.
Ini hal sederhana yang banyak sekali orang lupakan; selalu mulai dengan memperkenalkan diri dan latar belakang kita. Ingat, kita mengontak orang yang belum kita kenal. Menuliskan perkenalan singkat akan membantu mereka mendapatkan konteks pesan sejak awal.
Memperkenalkan nama dan institusi/afiliasi biasanya sudah cukup. Jika dalam konteks mewakili perusahaan, sebutkan title dan departemen/divisi.
Pro Tips: riset terlebih dahulu untuk mencari mutual friend antara kita dan orang yang akan kita kontak. Jika ada, minta teman kita untuk memperkenalkan kita atau minta izin untuk menyebutkan namanya dalam perkenalan.
2. Berikan informasi pengantar dan konteks
Setelah perkenalan singkat, berikan informasi pengantar yang menjelaskan alasan kita mengontak dia. Sebutkan juga secara singkat bagaimana kita menemukan namanya, apa kesamaan yang kita punya, dan apresiasi karya atau hasil kerjanya.
Prinsipnya, kita ingin memberikan kesan bahwa kita memiliki kesamaan dan pesan kita relevan untuk dia. Kita juga tidak datang hanya karena ada maunya, tapi melakukan riset lebih dulu dan mengapresiasi apa yang sudah dia kerjakan. Cara ini efektif untuk mengambil perhatian mereka dan menempatkan pesan kita dalam prioritasnya.
Pro Tips: untuk mengapresiasi karyanya, sebutkan secara spesifik satu tulisan / postingan / karya yang paling berkesan atau berdampak untuk kita. Menyebutkan satu referensi spesifik akan membuat mereka merasa terapresiasi, dan memberikan perhatian pada kita.
3. Tuliskan permintaan yang to-do-point dan ekspektasi yang jelas
Setelah berkenalan dan memberikan konteks, barulah kita menulis “permintaan”. Di bagian ini, tulislah permintaan dengan sangat gamblang, sesingkat mungkin, dan berikan gambaran ekspektasi yang kita inginkan.
Jika kita ingin meminta waktunya untuk berdiskusi, apakah via call atau bertemu langsung? Berapa lama durasinya? Kapan waktunya dan di mana tempatnya? Jika kita ingin memintanya menjadi narasumber atau pembicara, apa yang bisa kita tawarkan? Dan pertanyaan serupa lainnya, tergantung konteks permintaan yang ingin kalian tuliskan.
Beberapa hal teknis bisa jadi dibicarakan setelah mendapatkan respon. Tapi semakin jelas ekspektasi yang kita tuliskan, semakin mudah buat mereka merespon pesan yang kita kirimkan.
Pro Tips: untuk meminta waktu diskusi / meeting / coffee chat, selalu tawarkan waktu dan tempat yang paling nyaman untuk dia. Misal untuk tempat, tawarkan untuk bertemu di kantornya atau di coffee chat yang dekat dengan kantornya.
Studi Kasus: Contoh Pesan yang Efektif
Untuk memberikan gambaran dari struktur pesan yang saya tuliskan di atas, berikut tiga contoh pesan yang efektif. Dua pesan yang saya kirimkan untuk berjejaring dengan orang baru, dan satu pesan ketika ada yang berjejaring dengan saya.
Pesan Linkedin untuk Diskusi via Coffee Chat
Berikut pesan yang saya kirimkan ke seorang VP di sebuah startup unicorn, untuk mengajaknya berdiskusi via coffee chat.
- Perkenalan Singkat: Hi, thanks for connecting. I’m Iqbal, Head of Marketing Kitabisa.com (guess you’ve met Vikra?).
- Informasi pengantar dan konteks: I admire your work with all (startup name) campaign, especially (campaign name) one. I am now building creative lab for Kitabisa.
- Permintaan dan ekspektasi yang jelas: Hope can learn from you on building an effective team, maybe over coffee? / Can I have your whatsapp?
Setelahnya saya mengontak via whatsapp dan mengatur waktu bertemu.
FYI, saya menyebutkan Vikra karena berasumsi dia mutual friend kami, ternyata setelah ngobrol orang ini bilang belum pernah bertemu dan kenal Vikra. But it works anyway :).
DM Twitter untuk mengundang jadi tamu di Podcast
Berikut adalah DM yang dikirimkan Bandoro Gunarso untuk mengajak saya menjadi tamu di Podcastnya.
Pesan di atas adalah salah satu contoh DM yang sangat efektif. DM di atas berakhir pada kontakan via whatsapp dan obrolan yang tayang di Podcast Happiness Project, bisa didengarkan di sini.
DM Instagram untuk berkenalan dan Coffee Chat
Berikut pesan yang saya kirimkan ke salah satu content creator untuk berkenalan dan berdiskusi via coffee chat.
- Perkenalan Singkat: Hi ((name)), salam kenal gue Iqbal Hariadi.
- Informasi pengantar dan konteks: Gue udah ngikutin lo cukup lama dan selalu baca2 tulisan blog dan sharing lo.
- Permintaan dan ekspektasi yang jelas: Btw gue pengen nih kapan2 bisa ngopi dan sharing. Gue punya Podcast namanya Podcast Subjective, isinya obrolan tentang keresahan anak2 muda biar produktif dan upgrade diri. Happy banget sih kalo bisa meet in person dan ngobrol2.
Sama dengan yang di atas, setelahnya percakapan berlanjut di whatsapp dan menjadi obrolan di warung kopi.
Apapun pekerjaan kita, networking dan melakukan reach out ke orang baru adalah aktivitas yang selalu dibutuhkan dan akan terus kita lakukan.
Semoga tulisan ini bermanfaat!