Identity-Based Habit: Pendekatan Efektif Membangun Kebiasaan Baik

Beralih dari fokus pada goal ke identitas yang ingin dibangun

Iqbal Hariadi
4 min readSep 21, 2020

Sebagian besar orang pasti pernah berusaha membangun kebiasaan baik — setidaknya satu tahun sekali ketika menuliskan goal dalam resolusi tahunan.

Kita ingin hidup lebih sehat; lalu berusaha membangun kebiasaan jogging setiap hari. Kita ingin bekerja lebih produktif; lalu berusaha membangun kebiasaan menulis setiap minggu. Atau kita ingin menambah pengetahuan dengan efisien; lalu berusaha membangun kebiasaan membaca setiap hari.

Tapi faktanya, 78% orang tetap gagal membangun kebiasaan baik meski sudah menuliskan goal secara spesifik.

Dalam banyak kesempatan, saya termasuk dalam kategori 78% orang ini. Saya berusaha membangun kebiasaan baik — dan meski sudah direncanakan dengan matang — sering gagal di tengah jalan.

Karenanya saya mempelajari berbagai pendekatan untuk membangun kebiasaan baik dengan lebih efektif, dan menemukannya dalam buku Atomic Habits yang ditulis James Clear. Buku yang hampir selalu masuk daftar rekomendasi di kategori self-development ini membantu saya memahami bagaimana proses membangun kebiasaan (habit building) bekerja.

Salah satu bahasan yang ingin saya highlight adalah mengenai pendekatan berbeda yang lebih efektif untuk membangun sebuah kebiasaan, yang disebut dengan identity-based habit.

Pendekatan ini sudah saya praktikkan sendiri, baik sebelum saya membaca buku ini (tanpa saya sadari) maupun setelahnya.

Di tulisan ini, saya akan menjelaskan apa itu identity-based habit dan bagaimana cara mempraktikkannya.

Kebiasaan = Identitas Diri Yang Kita Yakini

Konsep identity-based habit sebenarnya sederhana.

Kebiasaan yang kita lakukan adalah cerminan dari identitas diri yang kita yakini.

Contoh sederhana: jika kita meyakini diri sendiri sebagai orang religius, maka kemungkinan besar kita akan rajin beribadah. Semakin sering kita beribadah, semakin besar keyakinan kita bahwa kita adalah orang religius. Semakin besar keyakinan bahwa kita orang religius, maka semakin mudah pula bagi kita untuk terus melakukan ibadah sebagai kebiasaan.

Siklus Identity-Based Habit

Logika ini yang dijadikan James Clear sebagai dasar bahwa pendekatan identity-based habit lebih efektif dalam membangun kebiasaan.

Pendekatan membangun kebiasaan yang banyak dipakai umumnya berfokus pada dua hal:

  1. Outcome: Apa hasil yang ingin dicapai? Misal: turun 10 Kg. Atau,
  2. Process: Bagaimana cara mencapainya? Misal: lari 20 menit setiap hari.

Pendekatan ini biasanya tidak bertahan lama, karena baru menyelesaikan masalah pada lapisan terluar. Pendekatan Identity-based habit justru berfokus pada pertanyaan paling mendasar mengenai identitas diri:

What type of person we wish to become?

Identity based habit berfokus pada lapisan terdalam. Source: Identity-Based Habit by James Clear

Identitas: Kita Ingin Menjadi Orang Yang Seperti Apa?

Kunci membangun kebiasaan yang bertahan lama adalah berfokus pada identitas yang ingin kita bangun.

Ada dua langkah yang perlu dilakukan untuk memulai pendekatan ini.

  1. Menentukan kita ingin menjadi orang yang seperti apa (identity)
  2. Buktikan dengan small wins (habits)

Pertama, tentukan kita ingin menjadi orang yang seperti apa. Kedua, tentukan small wins yang cukup mudah kita lakukan dengan sukses, yang bisa menjadi bukti untuk kita semakin percaya diri kalo kita adalah orang tersebut. Small wins tersebut yang kita jadikan sebagai kebiasaan.

Small Wins = Habit

Contoh: Membangun Kebiasaan Menulis

Berikut ilustrasi pendekatan identity-based habit yang saya gunakan untuk membangun kebiasaan menulis.

Pertama, saya menentukan bahwa Saya ingin menjadi seorang penulis (identity). Kemudian, saya menentukan small wins yang bisa saya capai: menulis satu halaman setiap hari (habit).

Karena menulis satu halaman setiap hari mudah dilakukan, saya bisa mendapatkan small wins ini setiap hari. Dan setiap small wins ini jadi bukti untuk saya semakin percaya diri bahwa saya adalah seorang penulis. Dan semakin tinggi kepercayaan diri bahwa saya seorang penulis, semakin excited pula untuk saya terus melakukan small wins itu lagi keesokan harinya.

Seiring waktu, menulis setiap hari menjadi kebiasaan yang mudah untuk saya lakukan. Dan dengan begitu, pada akhirnya saya menciptakan siklus yang terus menguatkan saya untuk berhasil membangun kebiasaan tersebut.

Ringkasan

Jadi jika kamu ingin membangun sebuah kebiasaan baru,

  1. Untuk membangun kebiasaan baru, fokus pada identitas baru yang ingin kita bangun.
  2. Jawab pertanyaan Kita ingin menjadi orang yang seperti apa?
  3. Tentukan small wins yang mudah dilakukan untuk menjadi bukti yang menguatkan keyakinan bahwa kita adalah orang tersebut.

Semoga bermanfaat!

  • Berikan 👏👏👏 untuk artikel ini
  • Silakan share artikel ini di Linkedin/sosmed lainnya jika kamu merasa artikel ini bermanfaat
  • Add saya di Linkedin dan follow saya di Instagram

--

--

Iqbal Hariadi

Write on productivity, self development, and marketing. Head of Brand Communications Kitabisa.com. Host of Podcast Subjective.